Khamis, 24 Februari 2011

Salam Cuti

Salam. Sem kali ini dah nak habis. So, ada antara kita yang akan bercuti panjang. Ada yang sehingga bulan 9. Ada juga sehingga bulan 5. Ada juga sehingga bulan 3. Ringkasnya, semuanya akan bercuti dan berehat dari kehidupan di kampus ini walaupun berbeza durasi. Tatkala, kita berseronok bercuti, namun hakikat yang perlu disedari oleh kita sendiri ialah seringkali akan ada penurunan iman dan amal kita. Cuti yang seharusnya menjadi medan untuk menambah ilmu dan kefahaman dengan memperbanyakkan bacaan buku dan majlis ilmu, tidak digunakan sebaiknya. Sebaliknya, apa yang terjadi ialah diri kita semakin hanyut dek kerana tiada lagi suasana iman yang mewarnai kehidupan kita seperti di kampus. Secara ringkasnya, inilah jawapan ku pada orang yang mengatakan 'tiada teman tiada kekuatan'.

Memang lumrah kehidupan,

kadangkala bak sebuah kapal di tengah lautan,

tetap perlu gerak ke hadapan,

sungguhpun disambar ombak cabaran,

walaupun bergerak secara bersendirian,

perlu menuju ke tanah tujuan,

hatta dibekali penuh muatan,

tetap terasa sepi kesunyian,

inilah penggoncang keimanan,

tiada teman tiada kekuatan,

amalan tinggal kenangan,

dosa tidak sebagai sempadan,

sebaliknya menjadi kebiasaan,

berulangnya alasan,

tiada teman tiada kekuatan,

tetapi bagi insan pilihan,

keseorangan itu masa keemasan,

bagi meraih niat keikhlasan,

masa cinta-Nya dapat dibuktikan,

peluang merebut perhatian Tuhan,

keseorangan hanyalah ujian,

sebagai satu persimpangan kehidupan.

" Terdapat 7 golongan yang akan mendapat lindungan 'arashNya pada hari yang tiada lindungan melainkan lindungan daripadaNya....dan seseorang yang mengingati Allah ketika bersendirian sehinggakan mengalir air matanya kerana Allah SWT" ( Riwayat Muslim)

Isnin, 7 Februari 2011

Mengapa Ikhwan Dapat Bertahan?


Tokoh-tokoh Ikhwan yang memimpin gerakan yang didirikan oleh Hasan Al-Banna, di tahun 1928 itu, tak banyak yang memiliki latar belakang pendidikan agama. Diantara para pemimpin yang menjadi mursyid ‘aam Ikhwan itu, sebagian besar mereka berlatar belakang pendidikan umum.

Mereka rata-rata dengan latar belakang pendidikan yang mereka miliki itu, tak menjadi penghalang mereka memimpin gerakan Ikhwan, yang sekarang telah memiliki cabang di hampir 80 negara di seluruh dunia.

Diantara pemimpin yang pernah menjadi Mursyid ‘Aam Ikhwan itu, Hasan al-Banna, Hasan Hudaibi, Umar Tilmisani, Hamid Abu Nashr, Mustafa Masyhur, Ma’mun Hudaibi, Mahdi Aqib, dan sekarang Mohamad Badie’. Itulah tokoh-tokoh Ikhwan yang membimbing dan mengarahkan Jamaah Ikhwan, dan diantara delapan Mursyid, yang memiliki latar belakang pendidikan agama (ulumul syar’i), hanya dua orang, yaitu Hasan al-Banna dan Hamid Abu Nashr.

Sedangkan, Hasan Hudaibi seorang ahli hukum dan pengacara, Umar Tilmisani seorang insinyur, Mustafa Masyhur seorang insinyur, Ma’mun Hudaibi seorang ahli hukum, Mahdi Akif seorang insinyur dan Mohamad Badie’ seorang dokter hewan. Mereka para tokoh yang membimbing dan mengarahkan gerakan Ikhwan sampai hari ini. Sekalipun, mereka berlatar belakang dari sekolah umum, seperti halnya Sayyid Qutb, yang awalnya seorang sastrawan telah menuliskan tafsir yang monumental Fi Dzilalil Qur'an.

Tetapi, Ikhwan sebuah gerakan yang memiliki tradisi keilmuan yang terkemuka, diantara gerakan-gerakan Islam, yang ada. Karena banyak para ilmuwan yang lahir dari Ikhwan.
Seperti Sayyid Sabiq, yang menulis tentang fiqh sunnah, Ramadhan al-Buthi, yang mengarang tentang shiroh Nabi, Syaikh Qardawi, yang mengarang buku tentang fiqh zakat, Mohamad al-Gazali, Abdul Qadir Audah, Hasan Turabi, Said Hawa, Sayyid Qutb, yang mengarang dan menulis tafsir Fi Zilalil Qur’an dan Ma’alami Fit thoriq (Petunjuk Jalan), dan menyelesaikannya waktu dipenjara. Termasuk ahli tasawuf, yang menjadi guru dari Hasan al-Banna dan Syaikh Qardawi, yaitu Syakh Al Bahi Al Khuli.

Jamaah Ikhwan kaya dengan para ilmuwan di berbagai bidang. Tradisi keilmuan menjadi sesuatu hal yang sangat penting. Inilah yang menyebabkan Ikhwan dapat bertahan dan tak pernah berakhir eksistensinya di dunia Arab. Karena gerakan ini dibimbing para pemimpin yang memiliki latar belakang keilmuan, dan orang –orang tetap sabar dan istiqomah di tengah-tengah kehidupan yang penuh kontradiksi, khususnya kekuasaan di dunia Arab.

 Awal gerakan Ikhwan ini sangat besar kontribusi dari para ulama, dan mereka mendidik, dan mencetak kader yang menjadi generasi penerus mereka. Seperti Syaikh Al Bahi Al Khuli yang menjadi Ketua Lajnah Dakwah dalam Ikhwan mencetak kader-kader mereka diantaranya Ahmad Assal, Muhammad Shaftawi, Muhammad Damirdasy Murad, Abdul Azim Daib, Abdul Wahab Bintanuni, Muhammad Abdul Fatah Hessyah, dan sejumlah mahasiswa dari Al-Azhar. Syaikh Qardawi, dan Hasan al-Banna pernah berguru dengan Syaikh Al Khuli.

Belakangan ini lebih banyak lagi para ilmuwan dari berbagai kalangan yang muncul dari Ikhwan, yang memang dipersiapkan. Perguruan Tinggi di Mesir dan dunia Arab menjadi tempat perektutan dan sekaligus, tempat mendidik dan menciptakan kader di berbagai lapisan.

Mereka sebenarnya jauh l ebih baik kondisinya, sekalipun menghadapi tantangan dengan kekuasaan yang otoriter sekalipun. Karena itu, Jamaah Ikhwan tetap berkembang dan bertahan menghadapi kehidupan politik yang sangat tidak ramah.

Kampus-kampus di Mesir, hampir semuanya dikuasai oleh kader-kader Ikhwan. Seperti Universitas Cairo dan Al-Azhar menjadi tempat Ikhwan merekrut dan mendidik kader-kader baru, yang sangat potensial, dan kemudian sesudah mereka menyelesaikan kuliahnya mendirikan organisasi profesi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan mereka.

Kehidupan yang sangat ketat dan tertutup di Mesir, tak menyebabkan mereka kehilangan peluang mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan kualitas anggota-anggota mereka secara utuh. Itulah karakter Ikhwan sebagai jamaah dakwah, yang terus mampu bertahan dengan berbagai kondisi yang ada di Mesir.

Tradisi keagamaan yang dibangun secara lekat oleh para pemimpi Ikhwan itu, menyebabkan para anggota Ikhwan menjadi sangat kuat, tak dapat dihancurkan dengan mudah oleh rezim-rezim otoriter di Mesir.

Seperti digambarkan oleh Mohamd al-Gazali, ketika berada di penjara, dan mereka tetap sabar. “Bagaimana kami mengisi waktu di penjara? Hari-hari kami dimulai sejak beberapa jam sebelum fajar. Para ikhwan telah bangun dan bersiap untuk shalat fajar dengan melakukan qiyamul lail”, ujarnya. “Ketika kumandang azan Shubuh, kami bergegas melaksanakan shalat, dan sesudah itu, kami membaca do’a khunut nazilah”, tambah al-Gazali.

Usai shalat Shubh , bagaimana Mohamad Al-Gazali menggambarkan, suasana di dalam penjara, berlangsung wirid ma’syurat, dan dibaca bersama-sama. Sungguh suasana yang sangat luar biasa nikmat, khususnya di dalam kehidupan penjara. Mereka yang berada di penjara itu, lalu mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Syaikh Mohamad Al-Gazali tentang shirah Nabawiyah. Itulah yang menghidupkan ruh dan jasad para ikhwan yang dipenjara oleh para penguasa Mesir, dan tetap bersabar atas keadaan yang mereka alami.

Bagi para pemimpin Ikhwan yang sudah mengalami berbagai pengalaman dan kesulitan dalam perjuangan di Mesir, tak menjadi masalah bagi mereka. Di dalam suasana yang sulit tradisi keilmuan tetap mereka jalankan dengan baik.

Di penjara Mohamad Al-Gazali membacakan kitab Madarijus Salikin yang merupakan karya agung dari Imam Ibnul Qayyim, Syarh Manazil oleh Syaikh Ahmad Abdul Hamid, Syaikh Sayyid Sabiq mengisi tentang fiqh sunnah, dan Syaikh Abdul Badi Saqar, mengajarkan, “Bagaimana Kita Menyeru Manusia?”.

Inilah yang membuat Ikhwan mampu bertahan menghadapi bencana demi bencana yang ditimpakan oleh para penguasa Mesir. Mereka tetap sabar dan terus meningkatkan keilmuan mereka. Sayydi Qutb mengarang berbagai kitab, dan bahkan menyelesaikan karya monumentalnya Fi Dzilali Qur’an, saat berada di penjara militer Liman Thuroh. 

Wallahu’alam.

Jumaat, 4 Februari 2011

Kisah Kapur dan Pemadam

Bismillah

Kisah ini sangat menarik untuk diceritakan, terutamanya ketika dalam tazkirah ringkas. perumpamaan yg baik dan dapat diterima akal akan lebih diingati dan dimanfaatkan oleh para pendengar.wAllahua'lam...

Seorang guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam.


Si guru berkata, "Saya punya permainan...Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pemadam.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat pemadam ini, maka berserulah "Pemadam!"


Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Si guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat.


Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Pemadam!", jika saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!".

Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.


Si guru tersenyum kepada murid-muridnya."Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya.

Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita melalui berbagai cara,untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya."


"Mungkin kali pertama agak sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi sebab terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu.

Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."


"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend,materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain-lain."


"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."

"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada Qur'an, cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri di luar karpet.


Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir . Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.

Akhirnya si Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet."Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terang...Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka.


Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sedar.""Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat.

Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat."" Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan..."


"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda.""Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan."

"Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita.."Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya mereka


"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.."


Ayuh! Kita kejutkan sahabat-sahabat kita yang masih tidur!

Khamis, 3 Februari 2011

Kewajipan dan Tanggungjawab dalam Berukhuwwah




Ukhuwwah dalam Islam merupakan satu jalinan aqidah yang mempertautkan umat Islam antara satu sama lain. Ia merupakan ikatan rabbani yang mengikat antara hati mereka dan merupakan jalinan yang erat untuk taqarrub kepada Allah. Persaudaraan merupakan ikatan iman yang paling erat sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah s.a.w.:


“Ikatan iman yang paling kuat ialah kasih sayang kerana Allah dan marah kerana Allah.” (Hadis Riwayat Ahmad daripada Al-Bara’ Ibn Azib)


Dalam Islam, persaudaraan merupakan satu sendi yang menjadi tunjang dalam usaha untuk memperkuatkan binaan masyarakat Islam dan mengeratkan hubungan antara penganutnya.


Ikatan persaudaraan perlu diperdalamkan semoga dengan ingatan persaudaraan yang mendalam ini Islam dapat menjadi satu bangunan yang kuat yang saling taut menaut antara satu sama lain atau menjadi satu jasad yang akan mengadu kesakitan apabila salah satu anggotanya diserang penyakit.

Untuk menjamin persaudaraan ini dapat memainkan peranannya yang diharap-harapkan, Islam telah menjelaskan hak-hak dan kewajipan persaudaraan yang praktik seperti berikut, sehingga hak dan kewajipan-kewajipan ini dapat dilihat sebagai satu tanggungjawab yang sebenarnya bukan hanya setakat kata-kata dibibir atau teorinya sahaja.


1. Persaudaraan mestilah dapat menolong usaha-usaha melakukan taat kepada Allah sebagai membenarkan apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya:


“Sesiapa yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan Allah akan memberikannya rezeki seorang teman karib yang saleh. Seandainya beliau lupa (temannya itu) akan memperingatkan dan apabila temannya itu memperingatkannya beliau akan menolongnya.”

Inilah juga yang telah dibayangkan oleh Omar bin Khattab dalam katanya: “Engkau mestilah mencari saudara-saudara yang jujur. Hiduplah dalam lingkungan mereka, kerana mereka merupakan perhiasan di waktu senang dan bekalan di waktu kesukaran.”

2. Persaudaraan merupakan kerjasama di sudut kejiwaan, merasakan keperluan-keperluan saudaranya dan berusaha untuk menunaikan keperluan tersebut, sebagai memenuhi tuntutan sabda Rasulullah s.a.w.:


“Sekiranya seorang daripada kamu berjalan bersama saudaranya dalam usaha untuk menunaikan keperluannya (dan Baginda memberi isyarat dengan jejarinya), adalah lebih baik baginya daripada berikhtikaf di masjidku ini selama dua bulan.” (Hadis riwayat Hakim dan Tabarani daripada Ibn. Abbas)


3. Persaudaraan yang kerjasama di bidang kebendaan, kerana Rasulullah s.a.w. telah bersabda:


“Siapa yang melapangkan seorang muslim daripada satu kesusahan dunia Allah akan melapangkannya daripada satu kesusahan pada hari kiamat. Siapa yang memberi kemudahan kepada orang yang berkepayahan Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa yang menjaga rahsia seorang muslim di dunia, Allah akan menjaga rahsianya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya itu menolong saudaranya. ” (Riwayat Muslim, Abu Daud, Nasa’I, Tirmizi dan Ibn. Majah)


4. Persaudaraan merupakan tanggungjawab kemasyarakatan yang merangkumi beberapa kewajipan yang ringkas. Yang terpenting daripada tanggungjawab itu ialah apa yang telah dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya:


“Hak seorang muslim terhadap seorang muslim adalah enam perkara: Apabila engkau bertemu dengannya hendaklah memberi salam. Apabila beliau menjemputmu hendaklah engkau menunaikan jemputannya. Apabila beliau meminta nasihatmu hendaklah engkau menasihatinya. Apabila beliau bersin dan menyebut Alhamdulillah hendaklah engkau menyebut yarhamkallah. Apabila beliau sakit hendaklah engkau menziarahinya dan apabila beliau meninggal dunia hendaklah engkau mengiringi jenazahnya.” (Hadis riwayat Muslim. Bukhari menyebut lima hak sahaja)


5. Persaudaraan dalam Islam merupakan satu kemesraan, kasih sayang dan saling membantu. Rasulullah s.a.w bersabda:


“Janganlah kamu memutuskan silaturrahim , jangan kamu berpaling memberi belakang, jangan kamu benci-membenci, jangan kamu hasad dengki. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak harus bagi Muslim meninggalkan tegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari.” (Riwayat Malik, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmizi, Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis sepertinya)


“Jangan kamu memandang rendah sebarang kebaikan, walaupun dengan hanya kamu menemui saudaramu dengan muka yang manis.” (Hadis riwayat Muslim daripada Abu Darr)


“Setiap perkara kebaikan itu sedekah dan sesungguhnya diantara kebaikan itu kamu menemui saudaramu dengan manis muka dan menuangkan (air) daripada bejanamu ke dalam bejana saudaramu.” (Riwayat Tirmizi dan Ahmad dan Tirmizi berkata: Hadis ini Hasan Sahih. Muslim meriwayatkan sebahagian daripadanya)


“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, kelak kamu akan berkasih sayang dan hilanglah permusuhan.” (Hadis riwayat Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dan Abu Ya’la)


6. Persaudaraan dalam Islam merupakan keghairahan dan kesetiaan. Dalam hubungan ini Rasulullah s.a.w. telah bersabda:


“Sesiapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya, Allah akan menjauhkan api daripada mukanya di hari kiamat kelak.” (Hadis riwayat Tirmizi daripada Abu Darda)


“Doa seorang saudara terhadap saudaranya di luar pengetahuan (saudara tersebut) adalah doa yang diperkenankan, di sisinya seorang malaikat yang diwakilkan. Setiap kali beliau mendoakan kebaikan utk saudaranya malaikat yang diwakilkan itu berkata : Amin dan bagimu juga seperti itu.” (Hadith riwayat Muslim daripada Abu Darda)


Teka-Teki Imam Al-Ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (teka-teki);

Imam Ghazali = “Apakah yang paling dekat dengan kita di dunia ini?”

Murid 1 = “Orang tua”
Murid 2 = “Guru”
Murid 3 = “Teman”
Murid 4 = “Kaum kerabat””

Imam Ghazali = “semua jawapan itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kta ialah MATI. Sebab itu janji Allah S.W.T bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati” (Surah Ali-Imran :185)

Imam Ghazali = “Apakah yang paling jauh dari kita di dunia ini?”

Murid 1 = “China”
Murid 2 = “Bulan”
Murid 3 = “Bintang”
Murid 4 = “Matahari”

Imam Ghazali = “semua jawapan itu benar, tetapi yang paling benar adalah MASA LALU.

Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari2 yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama”

Imam Ghazali = “Apakah yang paling besar didunia ini?”

Murid 1 = “Gunung”
Murid 2 = “Matahari”
Murid 3 = “Bumi”

Imam Ghazali = “semua jawapan itu benar, tetapi yang paling besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al-A’raf:179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka”

Imam Ghazali = “Apakah yang paling berat didunia?”

Murid 1 = “Baja”
Murid 2 = “Besi”
Murid 3 = “Gajah”

Imam Ghazali = “semua jawapan itu benar, tetapi yang paling berat sekali adalah MEMEGANG AMANAH (Surah al-Azab:72. Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah S.W.T meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini.

Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah S.W.T sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah”

Imam Ghazali = “Apakah yang paling ringan di dunia ini?”

Murid 1 = “Kapas”
Murid 2 = “Angin”
Murid 3 = “Debu”
Murid 4 = “Daun-daun”

Imam Ghazali = “semua jawapan itu benar, tetapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat”

Imam Ghazali = “Apakah yang paling tajam sekali di dunia ini?”

Murid-murid dengan serentak menjawab = “Mata pedang!!!”

Imam Ghazali = “semua jawapan itu benar, tetapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Kerana melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri”.